Jawapos 2020-06-21 08:26
JawaPos.com – Pembelajaran secara online di tengah wabah Covid-19 sepertinya bakal masih berlangsung di tahun ajaran baru 2020/2021 yang dimulai 13 Juli nanti. Di antara persoalan dalam penyelenggaraan pembelajaran online adalah saat sesi ujian. Ketika ujian berlangsung, integritas siswa dipertaruhkan.
Presiden Eduversal Indonesia Dwi Prajitno Wibowo menuturkan saat ini umumnya sekolah sudah selesai menjalankan ujian akhir atau ujian kenaikan kelas.
“Kemarin saat ujian online di sekolah, memang banyak pertanyaan dari manajemen sekolah,” kata Dwi saat konferensi pers International Eduversal Mathematics Competition (I-EMC) 2020 di Jakarta, Sabtu (20/6).
Banyak pengelola sekolah yang mempertanyakan kredibilitas hasil ujian tersebut. Sebab seperti diketahui, ujian yang diselenggarakan secara online tidak ada interaksi pengawasan langsung kepada siswa. Lembar jawaban yang disetor oleh siswa itu apakah murni dikerjakan sendiri, dibantu orang lain, atau ada bentuk kecurangan lainnya.
Namun, Dwi menjelaskan mereka sudah memiliki platform ujian sendiri. Platform tersebut mempersyaratkan alat yang digunakan siswa memiliki kamera depan atau muka. Dengan kamera tersebut, panitia bisa memantau siswa selama proses mengerjakan soal ujian. “Apakah di depan laptop siswa itu sendirian atau ada yang mendampingi,” jelasnya.
Selain itu juga membuat ketentuan satu account untuk ujian hanya bisa dibuka oleh satu user. Sehingga tidak bisa dibuka oleh orang lain. Dengan platform tersebut, Dwi mengatakan mereka berupaya membantu kredibilitas ujian yang diselenggarakan secara online.
Tatangan seperti ini menurut Dwi juga menjadi tugas khusus bagi penyelenggara I-EMC 2020. Dia mengatakan penyelenggara sudah memiliki sejumlah cara untuk mencegah kecurangan. Sesauai dengan cakupan pesertanya yang dari penjuru dunia, mereka menjaga kredibilitas kompetisi.
Anggota Komite I-EMC Ade Kiki Ruswandi mengatakan nantinya yang akan diujikan di kompetisi matematika internasional nanti menantang dan dibatasi waktu tertentu. Sehingga bisa menekan potensi kecurangan siswa. Kemudian siswa juga tidak bisa mengerjakan soal ujian nomor sebelumya. Bentuk soal yang diujikan sebagian besar pilihan ganda. Kemudian juga ada soal isian singkat.
Manager IT Pendukung Sistem I-EMC Muhammad Fakhry Syauqy menuturkan soal antara satu peserta dengan lainnya diacak secara random. Kemudian ketika mengerjakan soal, tampilan monitor milik peserta akan full untuk soal. “Jadi tidak bisa untuk membuka tab baru. Karena posisi halaman adalah full screen,” jelasnya.
Ketua Komite I-EMC Surya Saputra mengatakan tahun lalu ketika masih nasional jumlah peserta mencapai 3.000 siswa. Dia berharap tahun ini jumlah peserta bisa lebih besar. Data sementara pendaftar sudah mencapai sekitar 1.100 anak. Dia menjelaskan sudah ada jaringan dari sebelas negara yang siap bergabung. Seperti dari Amerika Serikat, Jerman, Kanada, United Kingdom (UK), Vietnam, dan lainnya.
Pendaftaran dibuka mulai 8 Juni sampai 30 Juni melalui website www.i-emc.com. Kemudian peserta berkesempatan mengikuti uji coba atau try out pada 4 Juli. Lalu kompetisi diselenggarakan pada 18 Juli. “Panitia menetapkan 18 Juli pengumuman hasil kompetisi,” katanya.
Kelompok peserta terbagi menjadi dua. Yakni kelompok usia di bawah 14 tahun dan kelompok 14 tahun sampai 17 tahun. Juara pertama kompetisi ini akan mendapatkan iPad generasi 7. Sedangkan untuk juara kedua dan ketiga, masing-masing mendapatkan Samsung Galaxy Tab A 2019 dan All New Kindle Paperwhite 2020. Dia berharap di tengah pandemi, siswa tetap semangat untuk berkompetisi.